Sunday, September 23, 2007

Dagang Arang: Mengunci & Mengkonsolidasi Lahan

Awicaks

Iklim berubah. Kehidupan manusia terancam. Seluruh kemajuan peradaban yang dipercepat sejak Revolusi Industri, dan dilanjutkan dengan perluasan model-model pembangunan oleh negara-negara monarkhi Eropa ke berbagai belahan bumi, hingga mencapai tingkat modernitas seperti sekarang ini akhirnya menjadi paradoks.

Kemajuan pembangunan yang ditandai dengan tumbuhnya kelompok-kelompok kaya yang daya konsumsinya yang jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok mayoritas, mulai menunjukkan sosok bengisnya sepanjang kurun tumbuhnya entitas-entitas superkaya yang meninggalkan jejak dalam di tanah-tanah tropika di berbagai negara yang diimpit utang. Konsumsi berlebihan entitas-entigas superkaya atas biaya yang diemban warga tanah-tanah tropika.

Bencana alam bagi tanah-tanah tropika tersebut merupakan neraka tak terperikan. Gelontoran bantuan dari berbagai sumber, terutama dari entitas-entitas kaya, tak mampu membalik-ulang kepada keadaan sebelum bencana terjadi. Lebih parah lagi, gelontoran bantuan itu justru membunuh dengan cepat modal-modal sosial, budaya dan politik setempat. Baku hantam memperebutkan bantuan, menilap bantuan, memanipulasi bantuan, sudah menjadi kalimat-kalimat rutin bagi para auditor bantuan-bantuan bencana bagi negara-negara miskin terbelit utang.

Iklim berubah. Kehidupan seluruh warga dunia terancam. Warga di negara-negara miskin terbelit utang semakin menderita. Apakah ada rasa gawat yang mampu membangun solidaritas seluruh warga dunia? Elit-elit di entitas-entitas superkaya tetap berkeras tak mau memperlambat laju pertumbuhan ekonomi mereka. Dengan kata lain, mereka sangat berkeberatan menurunkan laju konsumsi mereka yang sudah jelas memakan korban di lahan-lahan sumber bahan mentah yang selama ini melayani gaya hidup mereka. Dagang arang diperkenalkan untuk menukar kewajiban mereka yang pernah disepakati lewat Protokol Kyoto dengan upaya membangun imaji dan kesan tentang tempat penangkap arang di tanah-tanah tropika yang nilainya (dibuat seakan-akan) setara dengan buangan gas hidrat arang dari konsumsi entitas-entitas superkaya.

Sementara itu, elit-elit di entitas-entitas supermiskin dan superkorup sibuk mendandani lahan-lahan yang mereka kendalikan untuk menangkap uang-uang kompensasi untuk menjaga dan menutup tempat-tempat penangkap arang tersebut dari berbagai penggunaan untuk jangka waktu tertentu. Termasuk menjaga dari jarahan warga-warga miskin yang hidupnya seratus persen bergantung kepada lahan-lahan tersebut. Suatu tatanan pun dirumuskan. Jika terjadi kegagalan, maka denda pun diberlakukan.

Apa yang terjadi setelah lahan-lahan tersebut dikunci? Ekonomi entitas-entitas supermiskin dan superkorup jelas akan mandek dan semakin bergantung kepada aliran bantuan dari selang-selang penyalur dari entitas-entitas superkaya. Tak perlu dibahas kemana larinya uang-uang tersebut. Yang jelas ia tidak akan begitu saja masuk ke pundi-pundi negara untuk kepentingan menjaga keselamatan dan kesejahteraan khalayak luas.

Ketika waktu yang ditentukan tercapai harga lahan-lahan yang dikunci tentunya akan melonjak. Lahan-lahan yang terkonsolidasi rapih, dengan sumberdaya yang terjaga, akan memiliki nilai sangat tinggi ketika pasar arang secara resmi dibuka pada tahun yang telah disepakati. Dan.. Alakazam, entitas-entitas superkaya akan semakin kaya, krisis iklim tidak akan pernah selesai (meski teknologi pelayan konsumsi diperbaiki untuk bekerja lebih efisien), dan keterpurukan warga-warga di tanah tropika tidak akan pernah beranjak lebih baik.

Pertemuan tingkat tinggi yang akan diselenggarakan di Bali, Desember 2007, nanti adalah titik penting bagi penetapan standar baru model pembangunan global di era milenium. Model yang telah membangkrutkan Enron di Amerika Serikat pada tahun 2003 ternyata digunakan secara terbuka, tanpa tedeng aling-aling dan diamini oleh orang-orang yang menyandang gelar ahli berbagai disiplin ilmu.

Iklim berubah. Kondisi cuaca ekstrem akan terus berlangsung. Teknologi paling canggih pun tak akan mampu mengendalikannya. Hanya satu yang dapat dilakukan warga di tanah-tanah tropika di entitas-entitas supermiskin dan superkorup: Bertahan hidup sekreatif mungkin, dengan tidak mengiba-iba meminta bantuan elit-elit birokrasi dan elit-elit politik setempat. Karena situasi tidak akan pernah berubah sepanjang tidak ada perombakan total model pembangunan global yang sudah bangkrut karena gagal menumbuhkan solidaritas dunia.

23 September 2007


Selanjutnya.. Sphere: Related Content

No comments: