Sunday, October 07, 2007

Solusi dari Hotel ke Hotel

Awicaks

Sepanjang sembilan bulan terakhir saya sudah tak bisa lagi menghitung, berapa lokakarya, seminar dan kumpul-kumpul yang saya hadiri, yang mengusung masalah-masalah mutakhir pembangunan, dengan tujuan mencari jalan-keluarnya. Belum lagi rapat-rapat perencanaan beberapa organisasi. Dan kesemuanya itu senantiasa berlangsung di hotel-hotel, serta melibatkan biaya perjalanan yang tidak murah.

Dari semua pertemuan tersebut satu hal yang saya tangkap, realita masalah hadir di ruangan berpendingin diwakili penyajian dan pemaparan oleh orang-orang yang dianggap memiliki kemampuan dan punya hubungan langsung. Itu artinya potret sesungguhnya masalah atau krisis yang berada mungkin puluhan atau ratusan atau ribuan kilometer dari ruang pertemuan hotel yang berpendingin itu mengalami beberapa kali reduksi atau penyederhanaan: Keperwakilan, kedalaman informasi yang disajikan, ketelitian data terkait dengan masalah atau krisis, serta kekinian potret masalah atau krisis dari situasi nyata saat itu (realtime situation).

Saya tak hendak memasalahkan hal itu, karena saya pun paham, tidak semua hadirin lokakarya atau seminar memahami konteks masalah atau krisis yang dipaparkan. Dan pemapar atau penyaji menghadapi situasi waktu pemaparan yang terbatas, karena dia harus berbagi dengan pemapar lain. Lebih lagi soal batas waktu penyewaan hotel oleh panitia penyelenggara pun harus dimaklumi. Ada lagi? Oh ya, sasaran pertemuan, seperti tertera pada kerangka acuan (terms of reference, ToR) penting untuk dipatuhi, sehingga sasaran yang ada adalah sasaran bersama (shared goal).

Yang mengganggu saya dan kerap mengiritasi justru pada pemilihan tempat. Saya senantiasa menyempatkan diri bertanya kepada petugas hotel atau ruang pertemuan yang disewa panitia penyelenggara, terutama terkait dengan tarif. Angka itu saya catat dengan takzim. Jika otak saya sedang bermasalah, angka itu sering keluar begitu saja ketika mengkritik mutu hasil pertemuan yang menurut saya saat itu jauh dari apa yang bisa disebut solutif. Karena sering kali hasil akhir pertemuan berupa pernyataan kebutuhan untuk menyelenggarakan pertemuan selanjutnya (oh, tentu saja, dalam rumusan hasil pun ada semacam penugasan kepada para peserta atau hadirin untuk memutakhirkan [updating] status potret masalah atau krisis, sehingga pada pertemuan diharapkan bisa lebih tajam dibahas). Artinya biaya yang nilainya lebih kurang sama akan dikerahkan.

Bagaimana status potret krisis atau masalah yang dibahas? Tuntaskah ia nun di sana? Wallahualam. Tahu persis pun tidak.

7 Oktober 2007


Selanjutnya.. Sphere: Related Content

No comments: