Awicaks
"Nggada matinye..." Ujaran umum di kalangan gaul Jakarta menggambarkan sosok orang yang terus muncul di permukaan meskipun tak habis didera tekanan. Mungkin pas jika menggunakan John McLane, tokoh yang juga nggada matinye dalam sequel Die Hard, sebagai contoh. Begitukah Eyang kita, Eyang Kakung Suharto (EKS), dengan segala hormat?
Terus terang, bagi saya yang hanya warga biasa pembaca koran cetak dan koran cyber negeri bongsor yang amburadul ini, seluruh pemberitaan tentang EKS selalu penuh kemasan. Masuk rumah sakit dikatakan general check up. Kena stroke disebutkan masuk angin. Tetapi begitu masuk ke tahap peradilan, EKS langsung terkena serangan yang membuat lidah beliau kelu dan tak difungsikan untuk berkata-kata.
Jika EKS kita letakkan sebagai latar-depan, maka latar-belakangnya tak kalah menarik. Ada kisah Hutomo Mandala Putra Suharto (HMPS) alias Tommy Suharto yang penuh warna. Ada pula kisah Bambang Trihatmodjo Suharto (BTS) yang tak kalah pelanginya. Atau Siti Hardiyanti Rukmana Suharto (SHRS) yang rada-rada seperti film Die Hard juga, nggada matinye. Dan tentu saja latar-belakang yang mengendap-endap, yang ditokohi Sigit Harjojudanto Suharto (SHS), Siti Hediati Hariyadi Suharto (SHHS), dan Siti Hutami Endang Adiningsih Suharto (SHEAS). Tak kalah maraknya dengan peran Ari Sigit Suharto (ASS) yang mewarnai latar-belakang EKS.
Sekarang ini EKS tetap tak tersentuh. Bukan cuma film Die Hard yang cocok digunakan sebagai alegori, tetapi juga film Holywood lain yang tak kalah serunya, The Untouchables. Ketika koran cetak dan koran cyber memberitakan tentang masuknya EKS ke RS Pertamina, maka berbondong-bondong politikus dan pejabat-pejabat tinggi negara menjenguknya. Tak lupa disertai dengan konferensi pers untuk menandai kepulangan para penjenguk itu. Luar biasa. Entah motif di belakang tindak-tanduk tak elok itu. Mungkin takut kualat (entah terhadap kutukan apa), ingin cari muka (entah kepada siapa), atau jangan-jangan sosok EKS memang masih mengandung aura yang ditakuti siapa pun mereka, yang kalau diurut-urut punya urusan utang dengan EKS dan jejaringnya. Bahkan seorang SBY menjanjikan akan memfasilitasi proses penyehatan EKS.
Jika dalam sequel Die Hard John McLane selalu dapat meloloskan diri dari segala bentuk tekanan (dan keberhasilannya pasti terjadi pada detik-detik terakhir bahaya), saya kira EKS pun memiliki ketangguhan yang tak kalah hebatnya. Satu contoh saja, Mei 1998, ketika gelombang tekanan datang tak berhenti, dengan sigap ia lompat ke samping, lalu menyerahkan tampuk singgasananya ke sosok laki-laki bertubuh kecil, berkepala dan bermata besar di sampingnya, BJ Habibie. Mungkin masih banyak lagi contoh tentang daya lenting (resilience) EKS yang berada di luar jangakauan radar saya, sebagai warga biasa pembaca koran cetak dan koran cyber di negeri bongsor yang amburadul ini.
Apabila alegori Die Hard terasa asing, mungkin cocok jika digunakan alegori kucing yang (kabarnya) memiliki sembilan nyawa.
6 Januari 2008
No comments:
Post a Comment