Wednesday, December 24, 2008

Laki-laki, Huru-Hara Hati, Ha-Ha-Hi-Hi, Reuni

Awicaks

Ketika seorang laki-laki melewati batas usia di atas empatpuluh tahun sederetan pikiran yang umum didengungkan pun menyergahnya. Puber kedua, butuh suntikan gelora baru, semakin percaya diri, paranoid terhadap kondisi kesehatan, semakin ciut nyali dalam mengambil keputusan, dan sebagainya. Sebagai usia biologik, usia empatpuluh bolehjadi adalah titik kulminasi daya tahan dan kemampuan fisik, yang di tahun-tahun kemudian perlahan akan mulai menunjukkan grafik menurun. Namun sebagai usia psikologik, usia empatpuluh tidak dapat secara sederhana dibaca dengan tafisr tunggal. Apakah mungkin mirip dengan keadaan ketika laki-laki itu dulu melewati masa pancarobanya pada masa remaja? Serba tak jelas, serba tak pasti, bingung? Atau, justru sebaliknya? Serba pasti, jelas arah dan tujuan?

Terasa aneh ketika tiba-tiba bertemu kembali dengan kawan-kawan masa sebelum kuliah, yang terpisah secara fisik dan emosi dengan rentang waktu lebih dari duapuluh tahun. Ketika bertemu kawan-kawan yang telah melewatkan masa-masa pancaroba bersama-sama, tawa lepas meledak begitu saja ketika melihat perubahan drastik fisik masing-masing. Tak terbayang bahwa seorang kawan yang dulu begitu kurus kering dan dekil, kini tampil menawan dengan tubuh padat berisi. Namun demikian, setelan otak tiba-tiba dengan mudahnya berubah kembali persis seperti duapuluh tahun lalu. Citra diri yang mungkin dijaga sebaik-baiknya ketika berada pada situasi kerja atau di rumah lenyap dengan mudah. Namun keceriaan tersebut berlangsung hanya sekejap. Ketika komunikasi kian intensif, mulai terasa perbedaan-perbedaan tajam yang membuat suasana tidak lagi sehangat ketika pertama kali bertemu-ulang.

Namun tak mudah untuk menjaga agar keceriaan dan kegembiraan terus bertahan dengan setelan otak dan emosi duapuluh tahun lalu. Saat berkumpul bersama begitu berbeda ketika kembali ke realita sehari-hari dengan latar waktu sekarang. Skizoprenia dengan takaran rendah mungkin mulai terasa. Dan itu bergantung kepada kepiawaian masing-masing mengelola tombol-tombol di otak, kapan bersikap dan berlaku liar dan urakan, kapan bersikap dan berlaku serius dan bertanggungjawab. Sebagai obat bagi kejenuhan realita hidup pada masa sekarang berkumpul-ulang agaknya sangat manjur. Ia adalah suntikan gelora baru yang membuat segar benak. Huru-hara hati yang awalnya begitu mengganggu ketika menapak usia empatpuluh pelan-pelan terobati. Kumpul sekedar ber-ha-ha-hi-hi agaknya ampuh menjadi tempat sampah psikologik tekanan-tekanan yang seringkali tak mudah diurngkapkan dan dijelaskan baik secara verbal maupun dalam pikiran. Tentu saja dengan kesadaran bahwa ada realita yang tak dapat dihindarkan: Perubahan. Sekeras apa pun usaha untuk berusaha menyegarulangkan pikiran, ia tak mampu melawan waktu yang pelan-pelan menggerogoti daya tahan dan kemampuan fisik.

"Berapa kadar kholesterol-lu?" Seorang kawan bertanya spontan kepada kawan yang lain yang tubuhnya begitu subur. Pertanyaan yang mungkin tidak pantas dilontarkan diantara laki-laki usia sekitar empatpuluh tahun. Tetapi karena setelan otak berada pada masa duapuluh tahun lalu pertanyaan itu dirasakan sebagai hal umum, yang menyadarkan semua bahwa kita tidak muda lagi. Dan lucunya, kita semua pun kembali ke masa silam dengan sikap sok jago dan ingin unggul sendiri. Berbeda dengan masa lalu, kini kita justru ingin pamer keunggulan masing-masing dalam merawat kesehatan. Namun sikap ugal-ugalan tak juga mudah dilepaskan. Bualan-bualan pun tak terhindarkan, terutama tentang obat-obat manjur yang mampu menjaga kesehatan tanpa mengorbankan kegemaran terhadap makanan-makanan lezat tetapi kaya racun. Sungguh, huru-hara hati tentang keadaan kesehatan diri dan kecanggungan psikologik seperti lenyap dengan mudah diselingi ha-ha-hi-hi.

Bagaimana dengan yang dirasakan dan dialami oleh kawan-kawan perempuan? Apakah mereka merasakan hal yang sama? Merasa memperoleh saluran yang luarbiasa untuk dapat mengekspresikan segala perilaku dan sikap di masa lalu? Entahlah....

Selanjutnya.. Sphere: Related Content

1 comment:

Alumni SMA 61 angkatan 83 said...

Setuju....dan itu terjadi di hampir semua laki-laki yang berumur lebih dari 40 tahunan bahkan mungkin sekarang terjadi pada yang berusia lebih muda lagi, tak terkecuali dengan yang wanita bahkan jenis kelamin satu ini biasanya lebih sensitif dengan perubahan hormonal dalam tubuh mereka.