Awicaks
Perundingan di Conference of the Parties (COP) ke-16 dari Kerangka Kerja PBB untuk Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC) di Cancún, Mexico, dinyatakan berakhr dan berhasil menjaga kesepakatan global yang menyeluruh untuk menangani perubahan iklim. Kesepakatan yang berkisar tentang aliran pembiayaan, hutan, alih teknologi serta adaptasi disebutkan mewakili kemajuan nyata, dan melebihi perkiraan banyak pihak pada awal-awal perundingan.
Seperangkat kesepakatan, yang disebut Kesepakatan Cancún, lahir dari pembicaraan pada Jumat malam, 10 Desember, dan disepakati pada hari Sabtu, 11 Desember. Para juru runding berhasil mendapatkan kesepakatan yang diinginkan kalangan organisasi non-pemerintah (Ornop). Kesepakatan tersebut meliputi:
- Janji negara-negara tentang pemangkasan emisi dari Kopenhagen disepakati untuk dipertahankan dan dibuat lebih inklusif di bawah konvensi PBB, tetapi tidak mengikat secara hukum.
- Dana Iklim Hijau atau Green Climate Fund, sebagian besar dikelola oleh Bank Dunia, sebagai pernyataan lebih kongkret dari janji negara-negara maju di Kopenhagen untuk menyediakan 100 milyar dollar AS per tahun bagi negara-negara berkembang untuk memangkas emisi dalam negeri dan membiayai adaptasi terhadap dampak perubahan iklim.
- Mekanisme pemantauan, pelaporan dan pemeriksaan atau monitoring, reporting and verifying (MRV) yang lebih rinci terhadap pemangkasan emisi setiap negara, ditetapkan untuk semua kesepakatan global baru.
- Kesepakatan tentang Pemangkasan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD), sebuah mekanisme anti-deforestasi global untuk membiayai negara-negara berkembang terutama di sabuk tropika, melindungi hutan mereka.
- Sebuah mekanisme baru untuk alih teknologi akan melibatkan pengerahan teknologi energi terbarukan dan teknologi lain yang bersih kepada negara-negara berkembang.
- Diterimanya teknologi penangkap dan penyimpan karbon atau carbon capture and storage (CCS) sebagai kegiatan yang layak untuk mendapatkan kredit karbon di bawah Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM).
- Kerangka Kerja Adaptasi Cancún akan menjajaki dan menelaah ancaman terhadap negara-negara miskin dan rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Kritik paling keras terhadap kesepakatan-kesepakatan tersebut datang dari Bolivia, yang menyatakan rendahnya ambisi negara-negara kaya untuk memangkas emisi mereka. Delegasi Bolivia menyatakan Kesepakatan Cancún sebagai “langkah mundur, bukan langkah maju.” Bolivia memimpin negara Amerika Latin lain memprotes kesepakatan tersebut, menentang penggunaan mekanisme pasar karbon untuk membiaya perlindungan hutan. Mereka menyerang kesepakatan REDD tentang rincian bagaimana REDD akan dibaiayai untuk sekarang ini.
Hal-hal yang gagal disepakati adalah:
- Kesepakatan untuk melanjutkan Protokol Kyoto dan target pemangkasan emisi yang mengikat untuk negara-negara maju, sebuah tuntutan penting dari negara-negara berkembang. Masa depan Protokol Kyoto masih menggantung.
- Target mengikat tetapi mencakup negara-negara pengemisi utama, seperti Amerika Serikat, China dan India, sebuah landasan kunci bagi segala bentuk kesepakatan yang menyeluruh di masa depan.
Bagi berbagai pihak kemajuan seadanya ini setidaknya menunjukkan bahwa proses UNFCCC masih menjadi satu-satunya cara mencapai tujuan akhir. Menteri-menteri lingkungan hidup dari berbagai negara bahkan menyatakan bahwa era baru kerjasama multilateral telah dimulai di Cancún. Meskipun yang terlihat justru sebuah usaha kolektif untuk mencegah ambruknya wibawa proses PBB yang sejak COP ke-15 di Kopenhagen dinaungi awan mendung.
(dari berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment