Saturday, December 25, 2010

Catatan Kecil Tahun 2010

Awicaks

Keputusan terbesar yang saya ambil di tahun 2010 ini adalah berhenti bekerja purnawaktu. Saya berharap akan punya waktu ideologik dan intelektual tanpa mengorbankan kebutuhan pendapatan finansial. Sepanjang 2010 waktu untuk kerja-kerja sukarela meningkat, demikian halnya untuk membaca buku dan berdiskusi dengan beberapa kawan. Satu hal tak terduga adalah paperworks sebagai bagian dari kerja-kerja paruhwaktu. Ia tidak menyita waktu, tetapi menyita sel-sel kelabu otak saya.

Untuk menjamin subsidi silang antara pekerjaan berorientasi upah dengan kerja-kerja sukarela saya mengikatkan diri dengan beberapa lembaga sekaligus. Pengaturan waktu yang efektif mutlak dibutuhkan. Perhitungan biaya dan waktu antara satu pertemuan dengan pertemuan lain harus dilakukan agar dalam satu hari tetap ada waktu untuk membaca, menulis, internet dan berbincang dengan kawan-kawan dari beberapa lembaga yang saya bantu secara sukarela. Amburadulnya lalu-lintas Jakarta menjadi penghambat utama. Diskusi terpaksa dilakukan lewat Skype dan Yahoo Messenger ketika ada akses internet. Atau SMS atau bertelepon jika kebetulan tidak memiliki akses internet.

DSC00062Namun di sela-sela akrobat waktu sepanjang 2010 ternyata saya masih sempat bereksperimen di rumah dengan membuat ruang kerja di halaman. Saya menyebutnya small office garden office atau SOGO, meminjam istilah umum SOHO atau small office/home office. Ada beberapa waktu dimana saya berkeputusan untuk tidak pergi ke Jakarta dan memilih bekerja di rumah. Tidak jelas seberapa besar perbedaan pengaruh terhadap produktifitas antara bekerja di dalam ruang kerja dengan di halaman terbuk. Tetapi kenyataannya tidak terlalu sering saya bekerja di halaman karena hujan yang turun sepanjang tahun 2010.

Kemarin saya melacak-balik arah belanja sepanjang 2010, di luar pengeluaran terkait dengan kegiatan produksi. Ternyata belanja terbesar adalah untuk perjalanan-perjalanan bersama keluarga, membeli aksesoris perlengkapan outdoor untuk membuat SOGO, membeli buku serta DVD bajakan. Selebihnya rutin saja. Yang menarik adalah perbandingan persentase makan di luar antara yang saya biayai sendiri dengan yang ditraktir. Lebih dari 60% saya ditraktir kawan ketika makan di luar, termasuk makan gratis ketika mengikuti lokakarya atau seminar. Untuk perjalanan luarkota, termasuk perjalanan luarnegeri, lebih dari 75% tidak saya biayai sendiri, karena menjadi bagian dari pekerjaan, baik yang berorientasi upah maupun kerja sukarela.

Di luar hal-hal yang bersifat pribadi, alokasi waktu terbesar saya sepanjang 2010 adalah untuk mencermati persoalan tambang batubara yang mematikkan, perubahan iklim, serta skema hutan untuk iklim. Yang menarik, berlawanan dengan dugaan saya, alokasi waktu terbesar justru untuk mencermati persoalan-persoalan terkait dengan kerja-kerja sukarela, bukan pekerjaan yang berorientasi upah. Meskipun kegiatan yang saya lakukan sebatas membalas email, berbincang lewat Skype atau Yahoo! Messenger, serta mengurus halaman BoilingSpot, Make Mining History dan TitikDidih di Facebook. Tetapi itu akan saya bahas lebih lanjut, khusus tentang kegiatan saya di dunia maya.

41575_42294843049_3925710_nBoilingSpot adalah halaman di Facebook khusus tentang persoalan-persoalan terkait perubahan iklim, dengan cakupan lokal, nasional dan global. Sebetulnya ini adalah nama blog yang saya buat di tahun 2005, ketika menghadiri COP11 di Montreal, Kanada. Namun entah kenapa sejak COP15 di Copenhagen yang mengecewakan, saya jadi malas mengurus BoilingSpot. Artikel terakhir yang saya urus di BoilingSpot tercatat 10 April 2020. Namun lewat BoilingSpot di Facebook saya dapat lebih berbagi. Kebetulan saya berlangganan RSS feeds dari berbagai media dan organisasi yang berurusan dengan perubahan iklim. Artikel dan berita-berita paling mutakhir yang masuk saya baca dengan cepat, sortir dan muat di halaman BoilingSpot di Facebook setiap hari. Tidak terlalu banyak yang berminat, tetapi saya tepat melakukannya hingga saat ini.

71157_165209593517197_4342355_nSementara Make Mining History adalah halaman di Facebook khusus tentang persoalan-persoalan pertambangan dan investasi industri ekstraktif di Indonesia. Ini sebenarnya adalah bagian tak-resmi dari pekerjaan sukarela saya untuk sebuah organisasi kampanye dan advokasi untuk isu-isu pertambangan dan energi. Seperti halnya halaman BoilingSpot, saya mengandalkan RSS feeds dari berbagai media dan organisasi tentang pertambangan dan energi untuk dimuat di Make Mining History.

174536_173554219334677_5740271_nHalaman Facebook paling akhir yang saya buat adalah TitikDidih. Halaman ini saya maksudkan sebagai salah satu outlet bagi tulisan dari blog TitikDidih yang saya kelola sejak 2007. Berbeda dengan kedua halaman di atas, TitikDidih punya tautan langsung dengan semua tulisan yang dimuat di blog. Ketika satu tulisan saya muat dalam hitungan detik ia akan muncul di TitikDidih versi Facebook. Seperti halnya dengan BoilingSpot dan Make Mining History, TitikDidih juga memuat tautan-tautan dengan berita paling  mutakhir yang bersumber dari berbagai media. Umumnya tentang hiruk-pikuk politik, ekonomi dan sosial di Indonesia.

Mengelola ketiga halaman itu plus blog TitikDidih adalah hal yang menjaga saya tetap waras, tetap punya kemarahan dan kegelisahan. Sepanjang tahun 2010 kemarahan dan kegelisahan sebagian besar tentang makin jelasnya sosok kuasa politik negeri amburadul ini yang menghamba kepada industri dan kuasa modal, baik dalamnegeri maupun luarnegeri. Semua kesusahan, derita dan ketersingkiran warga biasa berpangkal pada ketidakpedulian orang-orang berkuasa di Jakarta dan ibukota-ibukota provinsi di Indonesia kepada kebutuhan hakiki manusia: Keselamatan diri.

Frasa tersebut seperti menjadi mantra bagi saya, tidak hanya dalam pekerjaan sukarela tetapi juga untuk pekerjaan paruhwaktu yang berorientasi upah. Sedapat mungkin saya melakukan infiltrasi mantra tersebut ke dalam laporan-laporan dari pekerjaan yang saya lakukan. Dan seperti sudah saya duga, sebagian besar orang masih meyakini secara membabi-buta konsep kemakmuran dan kesejahteraan ketimbang memikirkan kebutuhan hakiki warga biasa tersebut. Keselamatan seakan-akan tercakup secara otomatis dalam konsep kesejahteraan dan kemakmuran. Ini yang sebut sebagai kekeraskepalaan sistemik. Ini hikmah yang saya petik selama 2010. Saya menyadari usaha saya di 2010 untuk mendorong mantra kunci itu masih belum efektif.

Saat ini saya masih punya utang pekerjaan yang harus saya tuntaskan sebelum tahun 2010 berakhir. Mantra kunci itu tetap menjadi misi utama saya mengakhiri 2010….

Selanjutnya.. Sphere: Related Content

No comments: