Saturday, March 10, 2012

Industri Demokrasi dan Birokrasi Menembus Pelosok

Tidak ada kata yang tepat selain “takjub” untuk menggambarkan bagaimana industri demokrasi dan industri birokrasi menembus wilayah-wilayah terpencil di negeri ini

Awicaks

DSC00477

Salah satu menu industrialisasi yang tumbuh subur tidak lama setelah kejatuhan Suharto adalah industri demokrasi. Perusahaan-perusahaan jasa konsultan politik dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Percepatan pertumbuhan (dan perluasan) jenis industri ini difasilitasi oleh agresifitas partai politik dalam memperluas daya jangkau mereka menggalang pendukung dan potensi suara-pemilih (voter) lewat pemekaran wilayah-wilayah administratif.

Di salah satu kabupaten pemekaran, yang dibangun di atas rawa-rawa bakau di wilayah selatan Papua, Kabupaten Asmat, industri demokrasi sudah menembus wilayah ini sejak 2004. Pola kerja jasa industri ini konsisten tidak peduli batas-batas geografis serta kondisi alam wilayah bersangkutan. Pendekatan ketuk tular dalam membangun konstituen adalah satunya.

Di hotel milik pemerintah kabupaten, Hotel Assedu, dimana saya menginap dipenuhi oleh warga dari kampung-kampung pelosok, yang disebut oleh koordinator penggalang sebagai simpul-simpul konstituen. Beberapa diantara mereka bahkan harus menempuh lima jam berperahu motor dari kampung mereka untuk tiba di ibukota kabupaten. Salah satu ruang pertemuan hotel tersebut dipenuhi warga dengan sorot wajah penuh semangat. Mereka datang dengan iming-iming berupa kedudukan, kendali dan kuasa, salah satu daya tarik industri demokrasi.

DSC00470

Ketika pertemuan dimulai suasana fanatis sangat terasa. Semangat pertemuan adalah soal kemenangan. Apa pun situasi yang dipaparkan, apakah itu menyangkut situasi nyata di lapangan maupun hanya asumsi para pembicara, para warga yang menjadi konstituen salah satu kandidat gubernur Papua itu meresponnya dengan semangat harus menang.

Saya sempat berbincang sedikit dengan salah seorang anggota tim jasa konsultan politik yang mengorganisir pertemuan tersebut. Ternyata tim tersebut adalah sub-kontrak kesekian dari sebuah perusahaan jasa konsultan ternama di Jakarta. Luar biasa!

Di hotel yang sama menginap pula tim lain dari Bandung. Tetapi tim tersebut bukan bagian dari industri demokrasi, melainkan industri birokrasi. Salah satu menu industrialisasi dari negara-negara yang baru lepas dari rejim diktator militeristik menuju demokrasi pasar bebas. Ini mengenai jasa penyusunan rencana pembangunan, yang selalu identik dengan proses penganggaran.

Seorang kawan lama yang sekarang menjadi birokrat di kabupaten ini berbaik hati memberi saya kesempatan hadir di pemaparan akhir untuk “mengkonsultasikan” hasil kerja mereka tim ini. Saya berusaha keras duduk manis dan menahan diri selama proses “konsultasi” tersebut berlangsung. Saya merasakan kesedihan luar biasa.

Berkali-kali tim tersebut menyebut diri mereka sebagai fasilitator proses perencanaan. Mengenai isi dan kandungan rencana adalah milik dan tanggung jawab para pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kabupaten itu. Tetapi yang terjadi bukan suatu proses konsultatif, atau bahkan sebuah pertemuan yang fasilitatif. Itu adalah kuliah umum tentang perencanaan pembangunan menurut peraturan dan perundangan yang berlaku.

Saat rehat makan siang saya berkesempatan ngobrol ngalor-ngidul dengan tim tersebut. Mereka ternyata memiliki daya jangkau layanan yang luar biasa. Terutama kabupaten-kabupaten baru hasil pemekaran wilayah, yang menurut mereka, membutuhkan pendampingan dari para pakar pengurusan daerah, agar tertib birokrasi pembangunan dapat terselenggara dengan baik.

Demokrasi pasar bebas pasca rejim diktator Suharto, berikut seluruh pengaruh yang timbul, baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan, sudah menjadi bola salju di Indonesia. Menggelinding lepas seperti halnya konsumtifisme atas barang dan jasa industrial yang telah menghancurkan sistem produksi-konsumsi khas wilayah setempat. Kebutuhan atas jasa konsultansi demokrasi dan birokrasi boleh jadi sama kuatnya dengan kebutuhan warga atas barang-barang konsumsi moderen seperti telepon genggam, pulsa, makanan dan minuman kemasan, dan sebagainya.

Selanjutnya.. Sphere: Related Content

No comments: