Saturday, October 06, 2012

Siasat Kasat Bangsat Laknat

Percayalah, popularitas SBY di titik nadir saat ini! Pengepungan KPK oleh aparat kepolisian merupakan bentuk pembangkangan, dimana SBY sama sekali tidak menunjukkan (keberanian dan ketegasan) sikapnya. Titik nadir popularitas SBY adalah titik berangkat bagi rakyat semua untuk yakin bahwa jabatan-jabatan di struktur kekuasaan, yang semestinya adalah amanat kita semua ternyata terang-terangan dikangkangi oleh para petinggi kepolisian... "To protect and to serve?" My goodness! Wake up, dude! You protect and servicing your own ass…! Dan SBY? He's busy composing a new song, "To protect and to serve my own image…"

Awicaksono
sumber: Tribun Pontianak

Klaim bahwa Kapolri tidak tahu menahu tentang penyerbuan dan pengepungan KPK untuk menangkap seorang penyidik, yang notabene menolak kembali ke Mabes Polri, dengan mengungkit tindakan pelanggaran hukum beberapa tahun silam, adalah sebuah penghinaan akal sehat oleh pejabat publik yang pengecut dan tidak ksatria. Seorang pejabat publik yang diberi amanat oleh rakyat untuk memimpin sebuah lembaga yang, by definition, dalam melindungi dan mengayomi keselamatan warga. Pernyataan-pernyataannya kepada media, dengan harapan disampaikan dan disiarkan kepada khalayak luas, sangat meremehkan akal sehat kita semua.

Ada tidaknya korupsi dalam pengadaan simulator ujian SIM harusnya bukan hal penting lagi karena proses penyelidikan oleh KPK (serta penyelidikan tandingan oleh pihak Polri) toh berlangsung terang-benderang, disiarkan secara luas oleh media massa. Yang terjadi di sini adalah reaksi memutar (obliquity). Pertama denganpemanggilan pulan 20 penyidik KPK. Ketika usaha itu berhadapan dengan kuatnya opini penolakan oleh publik, maka digunakanlah siasat banal yang sangat kuno, yang sesungguhnya membuka borok jajaran kepolisian itu sendiri. Novel Baswedan dituduh terlibat atas kematian seorang pencuri burun di Bengkulu, yang terjadi beberapa tahun silam. Pertanyaannya, kenapa Novel bisa bebas, dan bahkan kemudian bisa berkarir sebagai penyidik KPK? Keduanya tentu saja melibatkan keputusan eksekutif di jajaran kepolisian. Terlepas dari kebenaran tuduhan tersebut, setidaknya publik mahfum, begitulah modus operandi di kepolisian ketika mereka menyelamatkan aparat yang terlibat atas tindakan kriminal.

Kejadian ini harus membangkitkan energi rakyat Jakarta, yang telah dengan gagah meruntuhkan keangkuhan status quo pada Pemilukada DKI Jakarta, September lalu. Sekarang saatnya energi yang sama dikerahkan untuk meruntuhkan keangkuhan orang-orang yang diberi amanat melayani dan melindungi keselamatan kita semua. Kita semua maklum betapa sulitnya membersihkan korupsi dari syaraf, urat, pembuluh darah dan seluruh sel tubuh bangsa ini. Namun jika kita, warga yang dibebani kewajiban membayar pajak, hanya berdiam diri, ketika hak kita untuk mendapat perlindungan dan pelayanan, yang harusnya diselenggarakan secara bebas korupsi, maka kita tidak berbeda dengan para petinggi institusi penjaga ketertiban dan keamanan publik tersebut. Maka, gerak sukarela yang massif yang telah mengantarkan Jokowi dan Ahok ke tampuk DKI-1, harus bergerak lagi, untuk menyelamatkan KPK yang tidak berhenti dirundung tekanan oleh para pengecut nan rakus yang tidak ingin aibnya dibongkar dan diproses secara hukum.

Selanjutnya.. Sphere: Related Content

1 comment:

Anonymous said...

SETUJU!!!