Pencarian El Dorado
Agar dapat keluar dari jebakan lingkaran setan ekspor bahan mentah, menemukan investasi untuk meningkatkan asupan teknologi produksi dan ekspor merupakan hal di luar kemampuan kebijakan negara-negara miskin itu sendiri, karena modal nasionalnya tidak mencukupi dan saat yang sama sumberdaya keilmuan dan teknologi nyaris absen. Spekulasi modal di tingkat global akan dapat ditransformasikan menjadi suatu critical mass investasi produksi, yang dapat mencapai 300 milyar dollar per tahun. Masalahnya, critical mass dari modal-modal produktif tidak pernah tersedia, dan sekarang, pada saat mulai muncul bencana-bencana keuangan di negara-negara yang sedang berkembang dan bertumbuh, peluang untuk memperoleh investasi seperti itu sama sekali tidak masuk akal.
Bahkan pada kasus hipotetikal critical mass investasi produktif transnasional yang menjangkau negara-negara miskin akan menerapkan teknologi tinggi, yang sangat tidak mungkin membuka peluang pekerjaan bagi 30 juta orang tak memiliki kecakapan di kota-kota di Afrika, Asia dan Amerika Latin. Selain itu, jika negara-negara miskin mampu menjadi negara industri sesuai dengan model pola konsumsi di Amerika Utara (paradigma global), biaya ekologik yang ditanggung merupakan bencana besar bagi negara bersangkutan. Biosfer planet bumi akan dikonsumsi oleh 4,8 milyar kartu kredit. Negara-negara Asia Pasifik, sebagai contoh, yang merupakan penerima bagian terbesar investasi antara tahun 1970 hingga 1990. Pada tahun 2020 negara-negara tersebut akan memproduksi sepertiga emisi gas dunia ke atmosfer.
Beberapa tahun lalu, model pembangunan yang dikendalikan negara dan berideologi komunisme telah kolaps. Sekarang model neo-liberal tengah mengalami kehancuran. Casino keuangan global bergerak menuju kebangkrutan. Bahkan bagi negara-negara industri baru yang menggunakan teknologi modern, juga menghadapi kesulitan menciptakan lapangan pekerjaan akibat tekanan ledakan populasi dunia.
Sejak Revoluasi Industri, lebih dari 140 negara-bangsa terus terbentuk dan bertumbuh di Amerika Latin, Asia dan Afrika. Paling tidak, seabad kemudian, negara-negara yang berhasil meraih kedaulatan dan kemerdekaan ternyata masih belum mampu menyelesaikan "proyek pembangunan nasional"-nya. Negara-negara tersebut dapat digolongkan sebagai "negara-semu" atau quasi-Nation States. Sejarah menunjukkan bahwa negara dilahirkan untuk menghadapi peluang untuk tidak berkembang. Tampak seperti hukum alam, begitu banyak negara yang mulai berdaulat dan merdeka tetapi sangat sedikit kemajuan di bidang ekonomik dan ilmu pengetahuan yang dicapai. Oleh karena itu, bukan hal yang mengejutkan untuk mengamati negara-negara Leviathan abad 21 menghadapi kebangkrutan, melalui serangakaian krisis ekonomik, kebuntuan-kebuntuan pembangunan atau berakhir pada situasi konflik dan kekerasan.
Agenda kemakmuran bangsa tidak dapat tidak harus segera diganti dengan agenda "bertahan hidup" (survival) bagi negara-negara tersebut. Untuk mencegah meningkatnya kekacauan sosial dan politik, negara-negara yang memproduksi bahan mentah dan yang menghadapi ledakan jumlah penduduk tidak akan punya pilihan kecuali meninggalkan mimpi tentang pembangunan. Negara-negara tersebut harus sesegera mungkin merumuskan agenda survival menyangkut penyediaan air, pangan dan enerji, serta untuk memelhiara stabilitas demografiknya.
Hingga sekarang keyakinan tentang proses pembangunan sebagai keniscayaan dari suatu negara-bangsa masih tetap kuat, meskipun pengalaman telah menunjukkan hasil sebaliknya. Hal-hal yang tak terpikirkan sebelumnya mulai bermunculan satu per satu. Mayoritas negara yang disebut secara keliru sebagai "negara berkembang" tidak berada pada jalur menuju negara industri baru atau Newly Industrialized Countries (NICs). Masih sangat jauh dari mimpi tersebut. Negara-negara tersebut justru berada pada rute menuju negara yang mengandalkan ekonomi tak-berkelanjutan, serta berada pada yang tak jauh untuk menjadi negara kacau yang tidak terkendali. Cerita tidak berakhir di situ, tetapi cerita tentang neraka bumi justru baru dimulai.
(selesai bagian akhir)
Monday, October 23, 2006
Oswaldo de Rivero: Pergulatan dan Permenungan Seorang Bekas Diplomat (bagian akhir)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment