Negara Kacau Tak-terkendali (Ungovernable Chaotic Entities, UCEs)
Karakter tak-berkelanjutan dari banyak negara, bebarengan dengan tingginya pertumbuhan populasi perkotaan, senantiasa mengarah kepada penyingkiran sosial, ketidakstabilan sosial dan politik serta kekerasan yang massif. Saat ini terdapat lebih dari 23 konflik dalam negeri serta sekitar 50 kelompok bersenjata di wilayah-wilayah miskin dunia.
Semua negara yang saat ini menghadapi konflik dan kekerasan pendapatan per kapitanya tumbuh kurang dari 3% sepanjang 35 tahun terakhir (1960-1995). Padahal pertumbuhan 3% merupakan syarat minimum untuk mampu keluar dari jerat kemiskinan. Sebagai contoh, di Algeria pendapatan per kapitanya tumbuh hanya 0,5% sepanjang tiga dasawarsa terakhir; Angola 0,2%; Somalia 0,1%; Mexico 1,8%; Colombia 2%; Peru 0,2%. Hal serupa dapat pula dilihat di Liberia, Congo, Rwanda, Burundi, India, Filipina, Sri Lanka, Myanmar, Yemen, Tajikistan dan negara lainnya.
Konflik bersenjata yang terus berlangsung di negara-negara miskin memiliki kesamaan, yakni mereka menghadapi proses penghancuran bangsa, ketika penghormatan terhadap prinsip-prinsip dasar perilaku manusia sudah lenyap dan perang saudara bercampur aduk dengan tindakan-tindakan kriminalitas. Di banyak negara konflik-konflik semacam itu menjadi sesuatu yang rutin karena didukung oleh situasi dimana kekerasan sporadik, langkah-langkah penyelesaian konflik yang selalu berujung pada ledakan kekerasan tak terkendali, dimana kelompok pemberontak pada akhirnya memiliki kekuasaan untuk melakukan tindakan kekerasan, dimana di masa lalu merupakan hak eksklusif pengurus negara yang korup. Ketika hal itu timbul, negara bangsa miskin tersebut menyusut sosoknya menjadi negara kaca yang tak-terkendali atau Ungovernable Chaotic Entity (UCE).
Karakter penting UCEs meliputi, bangkrutnya kendali penyelenggaraan negara yang formal atas sebagian besar wilayah negara serta hilangnya kepercayaan sebagian besar warganya. Sektor-sektor ekonomik, daerah-daerah administratif jatuh di tangan kekuasaan jagoan-jagoan (warlords), pengedar narkotika, mafia, serta campuran diantara ketiganya. Legalitas, ketertiban umum serta berbagai bentuk peran masyarakat sipil secara drastik mengalami kepunahan. Warga negara tersebut kemudian akan menjadi warga dari Palang Merah Internasional, Caritas, Doctors without Borders serta berbagai sistem bantuan kemanusiaan di bawah PBB. Situasi tersebut dapat diamati di Afghanistan, Somalia, Sierra Leone, Liberia, Tajikistan, Cambodia, Rwanda, Burundi, Kosovo, Bosnia, Chechnya, Haiti, Albania, Congo.
(selesai bagian empat)
Monday, October 23, 2006
Oswaldo de Rivero: Pergulatan dan Permenungan Seorang Bekas Diplomat (empat)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment