Awicaks
Ada dua ciri notorius Kota Bogor masakini: Angkutan kota (angkot) dan jalan-jalan berlubang besar. Saya kira hanya dua kali Bogor menjadi kota paling tertib. Pertama saat Bill Clinton hadir pada Konferensi Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) tahun 1995, dan terakhir saat kunjungan George W. Bush, akhir tahun lalu. Maka kedua ciri notorius Kota Bogor seperti lenyap ditelan bumi pada kedua peristiwa tersebut.
Jika Anda mengemudikan sendiri kendaraan Anda di Kota Bogor, persiapkan mental baik-baik. Kesabaran Anda akan diuji. Pertama oleh padatnya angkot yang bisa berhenti seenaknya sesuai kehendak penumpang. Kedua, Anda akan menghadapi jalan-jalan berlubang yang agaknya bisa dijadikan sebagai kolam pemancingan, atau minimal untuk memelihara ikan lele.
Saya menyarankan Anda menjaga jarak kendaraan dengan angkot di hadapan. Mereka bisa seketika, tanpa menyalakan lampu penunjuk, berhenti di depan Anda. Kalau pun Anda naik darah, lalu menekan klakson kendaraan Anda berkali-kali, Anda hanya akan dijawab dengan lambaian tangan sopir angkot, yang maknanya kira-kira, "Sabar sedikit. Sedang melayani penumpuang...."
Di beberapa titik kemacetan Anda akan terheran-heran dengan fakta, deretan angkot yang antri di beberapa bagian Kota Bogor umumnya kosong. Ketika angkot itu mulai meninggalkan terminal, baik yang resmi maupun terminal bayangan, sangat sedikit jumlah penumpangnya. Di pagi hari memang angkot-angkot itu sarat penumpang. Antara pagi hingga siang angkot-angkot tak berpenumpang memenuhi beberapa jalan penting di Kota Bogor.
Sementara itu, bersiap-siaplah untuk memeriksa kendaraan Anda di bengkel, paling tidak untuk mengetahui rusak tidaknya pegas kaki-kaki kendaraan beroda empat Anda. Lubang di jalan-jalan Kota Bogor umumnya seumur dengan masa waktu pelaksanaan anggaran. Proyek perbaikan jalan berlangsung tak lama setelah pengesahan anggaran tahun berjalan. Yang mentakjubkan, usia jalan-jalan yang diperbaiki relatif sangat pendek. Selanjutnya lubang-lubang untuk memelihara ikan lele pun mulai menghiasi jalan-jalan.
Apakah benar tingginya laju pertumbuhan angkot di Kota Bogor adalah untuk memenuhi tingkat permintaan? Terus terang saya ragu, mengingat argumen-argumen di atas. Seorang pengendara angkot mengatakan, "Ini sih kongkalingkong antara Pemda, kepolisian dengan distributor kendaraan bermotor." Kemudian ia menambahkan, "Perijinan trayek angkot juga menjadi sumber uang bagi pejabat tinggi kota, dan aparat kepolisian."
Beberapa warga yang saya temui melontarkan tuduhan korupsi menyangkut proyek-proyek perbaikan dan perawatan jalan raya. "Spesifikasinya pasti sudah disunat di sana sini!" Ujar beberapa warga dengan geram. "Jadi jangan berharap banyak kepada proyek-proyek perbaikan dan perawatan jalan...."
14 Juni 2007
No comments:
Post a Comment