Awicaks
Rutinitas tahunan di pulau Jawa. Para pekerja keras di Jakarta berbondong-bondong menunaikan ibadah kultural mereka, menengok dan bersilaturahmi dengan sanak keluarga di kampung asal. Jerih payah hampir setahun memang sengaja dikumpulkan dan disimpan agar bisa terlibat dalam keriaan secara pantas.
Maka tumpahlah ratusan ribu (mungkin jutaan) orang di jalan-jalan raya, stasiun kereta api, pelabuhan laut serta terminal bis antarkota, riuh bergerak dengan menenteng buah tangan untuk sanak di kampung halaman. Skenario terbaik, mereka tiba dengan selamat di kampung halaman, disambut gempita sanak keluarga, dan mulai mempersiapkan diri menyambut Hari Idul Fitri. Skenario terburuk, ada yang terpaksa berlebaran di perjalanan. Tidak sedikit pula yang tertimpa nasib nahas, celaka atau bahkan kehilangan nyawa dalam perjalanan.
Jerih payah selama di ibukota punya tujuan yang sangat jelas. Tujuan itu punya ruang khusus pada sekat-sekat alokasi pendapatan, antara memenuhi kualitas hidup sehari-hari di Jakarta, menyambung nafas untuk satu dua hari ke depan, dan sedikit simpanan untuk berlebaran setahun sekali. Ritual ini tak tertangkap dalam Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index, HDI) yang diterbitkan UNDP. Bisajadi kalau cara penghitungan HDI diubah sehingga mampu menangkap geliat sosial-ekonomik ini, peringkat Indonesia akan berubah.
Berlebaran bagi pekerja keras di Jakarta adalah pengerahan semua simpanan hasil jerih payah. Hidup dan kehidupan tidak sekedar menyambung nyawa lewat makan dan minum dari hari ke hari. Dia harus punya tujuan. Silaturahmi, bermaaf-maafan dengan sanak keluarga, serta sejenak melupakan tekanan kehidupan dengan lebur dalam keriaan kultural, adalah tujuan yang sangat jelas dan nyata...
Selamat Idul Fitri 1428 H. Mohon maaf lahir dan batin..
12 Oktober 2007
No comments:
Post a Comment