Awicaks
Masa sekarang, bahkan tiket ke surga pun sudah menjadi alasan bagi orang untuk bersikap serakah, rakus, tamak dan egoistik. Lucunya, kemasan luar pribadi justru yang menjadi tolok-ukurnya. Mengapa? Mungkin tidak seorang pun di muka bumi ini bisa memastikan apakah tiket ke surga yang (katanya) sudah di tangan memang benar-benar menjamin mereka masuk surga. Tentu saja, kita tidak akan memperdebatkan soal jati dan keberadaan imbalan (dan saat yang sama ganjaran/hukuman) dari tindakan-tindakan, kita di sini hanya bicara tentang tiket ke surga.
Serakah, rakus, tamak dan egoistik tidak lagi dimonopoli soal penguasaan seseorang atas barang. Mereka sudah memasuki ranah masa depan yang tak seorang pun bisa memastikan. Dan keserakahan itu pun menjadi tematik penting dari khotbah-khotbah publik orang-orang yang didaulat atau merasa dirinya pendakwah. Sebagian besar dari mereka secara agresif menyerang kelompok lain, dan mengatakan bahwa kelompok mereka lah yang sudah pasti dijamin masuk surga. Apa yang kita pelajari dari hal tersebut? Persaingan!
Paradigma ekonomi-politik berorientasi pertumbuhan pasar bebas ternyata mulus mengkerangkeng ranah-ranah politik agama. Kompetisi terbuka dan agresif. Penguasaan atas domain publik. Dan seterusnya. Apa yang tersisa? Maaf, tak ada yang tersisa.
17 Oktober 2007
No comments:
Post a Comment