Wednesday, October 24, 2007

Rendah Hati, Ikhlas, Arogan

Awicaks

"Dengan rendah hati saya sampaikan..." Ketika orang itu mengatakan kata 'rendah hati' saya kira ia sudah menyatakan dirinya bahwa dia tidak rendah hati. Dia secara sadar mencari pengakuan atas niatnya untuk bersikap rendah hati, yang ternyata sulit dia tampilkan, sehingga diungkapkanlah kata-kata tersebut.

Kehidupan sehari-hari kita yang sepanjang lebih dari empat dekade begitu kental dipengaruhi dominan pasar bebas menjadi terbiasa menampilkan hal-hal yang bersifat immaterial menjadi sesuatu yang teramati (visible), terukur (measureable) dan terekam (recordable). Pahala, niat baik, ketulusan, tauladan, pembelajaran, dan sebagainya. Pengakuan (recognition) menjadi tolok-ukur mahapenting bagi kita, warga pasar bebas.

Situasi yang sering kali menghina akal sehat kemudian dianggap sebagai bagian kelaziman (taken for granted).

"Kami ikhlas kok...." Begitu sering kita dengar. Ungkapan yang biasanya disampaikan dengan senyum hangat tidak menjamin peluang tindakan yang merugikan tidak dilakukan orang yang mengungkapkan kata-kata itu. Kalkulasi untung-rugi seperti sudah mendarahdaging. Sebagai warga pasar bebas, dimana semua aspek kehidupan adalah komoditas, situasi persaingan, pengemasan, tawar-menawar untuk memaksimalkan keuntungan di masing-masing pihak menjadi bagian organik kehidupan sehari-hari.

Kalau begitu, bagaimana kita menafsirkan, "Anda itu begitu arogan dengan ungkapan Anda...." ?

24 Oktober 2007


Selanjutnya.. Sphere: Related Content

No comments: