Mengomentari Komentator

Awicaks

Selama sebulan penuh, ketika penggemar sepakbola sejagat dimanja oleh laga seru diantara pemain-pemain papan atas dunia, ada situasi yang menjengkelkan tetapi saat yang sama juga menghibur. Para tukang beri komentar atau komentator berlaga adu pengetahuan, adu analisis dan adu ramalan di layar kaca. Yang lucu karena rada kreatif tetapi juga menjengkelkan adalah yang kita tonton di TV O’on, eh, maaf, maksud saya, TV One. Hanya di stasiun televisi itu dilakukan analisis dengan menggunakan simulasi lewat peragaan dua orang memainkan PlayStation 3 antara regu yang bertanding. Lutunaaa….

Karena saya tidak punya televisi di rumah maka nongkrong di rumah kawan atau pergi ke tempat nonton bareng pun tidak terhindarkan. Jika kebetulan saya sedang dalam perjalanan maka saya punya kemewahan menonton di kamar atau di lobby bersama tamu hotel yang lain. Kecuali jika hanya menonton sendirian saya menikmati tontonan lain: Para penonton mengomentari para komentator….

“Ah, ketahuan baru baca Tabloid Bola dia…. Analisisnya persis banget dengan yang aku baca,” komentar salah seorang peserta nonton bareng. Atau, “Sok tahu lu…. Kayak elu yang jadi pelatih aja!” Celetuk yang lain pada kesempatan berbeda. Yang lucu, “Halaaah, kok gayanya kayak yang ngatur pertandingan aja. Pake’ sok nyorat-nyoret gambar lapangan segala….” Dan sebagainya. Kita tidak perlu pusing dengan prestasi persepakbolaan kita yang jauh di bawah garis pas-pasan meski di tingkat ASEAN, minimal kita punya komentator-komentator handal. Juga tidak perlulah kita menghujat pengurus PSSI, biarkan saja mereka dengan fantasi mereka serta kesibukan mencitrakan diri seolah-olah sedang pontang-panting mengurus persepakbolaan nasional. Hehehehe…

Selanjutnya.. Sphere: Related Content